Safari Bubur Tradisional
Tiga jenis bubur tradisional berikut rasanya bikin kangen. Manis, legit, kenyal, dan gurih saat bertemu di mulut. Bubur Madura, bubur ketan hitam, dan bubur kacang hijau ini mudah dijumpai di mana saja. Pun di Surabaya. Ketiga jenis makanan tradisional ini mampu bertahan di antara terjangan menu jajanan modern lainnya.
Bubur Madura
Jika kangen bubur Madura, bisa mengunjungi sisi Timur Pasar Atom tepat pukul 14.00 WIB. Berjajar bug (panggilan khas Madura bagi perempuan dewasa) berjualan bubur Madura gendongan.
Beragam kendi kecil berisi bubur sum-sum, bubur mutiara, bubur ketan hitam, dan bubur candil (jenang grendul). Campuran bubur manis tersebut biasanya disajikan dengan santan kental dan kicir gula jawa cair (kinca). Rasanya jadi manis, gurih, dan jenang grendulnya legit di mulut.
“Santan ini dicampur dengan sedikit tepung beras, biar kental,” ujar Pijah, 40, salah seorang buk yang sudah berjualan bubur Madura sejak 1981 di Pasar Atom. Bubur Madura ini disajikan dalam pincuk, untuk makan memakai suruh (sendok daun pisang). Satu porsi harganya Rp 4.000.
Menemani bubur Madura, dijual pula jajanan pasar. Seperti lupis, ketan putih, klanting, jongkong, talam, tiwul, dan biji salak. Jenis jajanan itu ditata di atas pincuk lalu ditaburi parutan kelapa dan gula Jawa kental. Jika ingin rasa pedas, bisa mengganti gula Jawa dengan bumbu manggul (santan kental dicampur cabai).
Bubur Kacang Hijau
Paling mudah dicari adalah penjual bubur kacang hijau. Hampir semua pojok Surabaya terdapat jenis makanan ini. Biji kacang hijau direbus hingga lunak sembari ditambah gula. Hasilnya bubur kacang hijau yang kental dan manis.
Harga jual di warung berkisar antara Rp 3.000-4.000. Sedangkan bubur kacang hijau yang dijual di depot atau rumah makan harganya naik menjadi Rp 7.000.
Bubur kacang hijau yang gurih dan hangat bisa ditemui di kawasan Pasar Besar Surabaya. Tepatnya di depan karaoke Nav, Jl Pasar Besar Wetan. Abdul Fani, 55, sudah berjualan bubur kacang hijau di sana sejak 1974.
Biasanya bubur kacang hijau yang dijual disajikan bersama es serut dan ditaburi susu kental manis. “Tetapi bisa juga beli bubur kacang hijau tanpa es,” ucap Abdul Fani yang mulai buka warung pukul 19.00-24.00 WIB.
Pembeli bisa menikmatinya bersama lemper dan kacang goreng. Dibantu anak-anaknya, Abdul Fani memasak 10 kilogram lebih kacang hijau setiap hari. Ada juga artis ibukota asal Surabaya yang menjadi langganan tetapnya lho. “Iya, Tessy mampir di sini kalau pas di Surabaya,” ucap Abdul Fani.
Jika terlalu jauh tempatnya, bisa pula berburu bubur kacang hijau di perempatan Jl Barata Jaya, tepatnya di sebelah terminal Bratang. Penjualnya bernama Sukardi. Mulai buka warung pukul 17.00-24.30 WIB. Satu mangkuk dijual dengan harga Rp 3.000. Bagi yang ingin dingin tinggal ditambah es serut. “Sehari saya masak lima kilogram kacang hijau,” ungkapnya.
Bubur Ketan Hitam
Sejak sekolah dasar (SD), Sa’diyah, 48, membantu ibunya berjualan dawet di Pasar Blauran. Kadang orang tidak membeli dawet, tetapi bubur ketan hitam. Mulai 1984, Sa’diyah membuat dan menjual dawet sendiri. Bubur ketan hitam tetap saja dicari pembeli. Apalagi bubur ketan hitam buatan Sa’diyah lezat sekali.
Rasa khas ketan hitam tidak hilang dan lunak di mulut, tidak ada yang ngletis (masih keras saat dikunyah meski sudah direbus lama). “Pokoknya direndam lama. Saya sih hampir semalaman merendamnya,” ucap Sa’diyah.
Ketan hitam warna keungu-unguan ini dimakan bersama kuah santan yang sudah diberi garam sedikit. Satu porsi dijual Rp 4.000. Sama dengan dawet yang berisi bubur sum-sum, bubur mutiara, bubur ketan hitam, grendul, dan dawet hijau. Bongkahan es menambah segar bubur ketan hitam berkuah santan dan gula jawa cair ini. (marta nurfaidah)
Sumber: Surya, Minggu, 1 Maret 2009
Label: bubur, kuliner, tradisional, wisata
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda