Bubur Ayam, Cocok untuk Sarapan

Tak sempat meracik sarapan di pagi hari? Atau Anda sedang enggan direpotkan dengan peralatan memasak di dapur? Saatnya mencoba alternatif sarapan di luar rumah. Mengapa tak mencoba bubur ayam. Praktis dan pas untuk membuka hari.

Di Surabaya banyak tersebar kedai-kedai bubur ayam. Baik yang dijajakan di kaki lima, dengan sepeda bubur ditawarkan keluar masuk kampung sebagai menu sarapan, hingga yang disediakan di bangunan permanen ataupun hotel berbintang.

Di manapun bubur ayam dijajakan, tetap pas disantap sebagai menu sarapan. Buburnya yang lembut, masih kemepul ketika disuguhkan lengkap dengan beragam taburan. Salah satu tempat sarapan yang layak dicoba adalah bubur ayam Bang Udin di Manyar Kertoarjo Surabaya. Persis di seberang SPBU Manyar Kertoarjo. Tak sulit mencarinya.

Bubur ayam Bang Udin disuguhkan di mangkuk, aroma bubur hangat yang lezat langsung tercium. Tampilannya sungguh menggoda selera. Toppingnya lengkap. Irisan daging ayam, kacang kedelai, bawang goreng, cakue yang diiris kecil. Warna hijau irisan daun seledri dan daun bawang menggugah rasa untuk segera mencicipinya. Lengkap dengan kerupuk plus emping melinjo di piring tersendiri.

“Sebenarnya ini bukan bubur ayam Jakarta. Lebih pas disebut bubur ayam Parahyangan,” jelas Bang Udin, si empunya warung sekaligus si penjual bubur ayam yang sebelumnya menjual dua macam bubur, bubur ayam Jakarta dan bubur ayam Parahyangan. Dan ternyata pembeli lebih menyukai bubur ayam Parahyangan, sementara versi satunya sepi peminat. Akhirnya ia pun memutuskan menjual satu versi bubur saja.

“Namanya sengaja tak diganti mengingat bubur ayam kadung identik dengan Jakarta. Namun untuk rasa, bubur ayam Parahyangan banyak peminatnya,” ujar pria asli Ciamis ini. Apalagi untuk menikmati semangkuk bubur ini tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Hanya Rp 5.500 semangkuk bubur plus teh hangat bisa dinikmati.

Sebelum berjualan di Manyar Kertoarjo, Bang Udin lebih dulu membuka warung di Jalan Prof dr Moestopo, depan STM Pembangunan. Dua tahun membuka warung bubur ayam, ia telah memiliki pelanggan loyal. Pembelinya pun beragam. Mulai dari mereka yang mengendarai motor hingga yang bermobil.

Buka setiap hari mulai pukul lima pagi hingga sepuluh, saat melayani pembeli, Udin ditemani sang istri Ai Suryani. Keduanya kompak meladeni pembeli. Paro tahun lalu, Bang Udin membuka cabang baru di dekat kampus Unair di Dharmawangsa 54, di mana sang adik dipercaya untuk melayani pembeli di kawasan ini. (titis jatipermata)

Sumber: Surya, Rabu, 10 Desember 2008

Label: , , ,

Bubur Ayam Spesial Pakai Telur

Di kawasan Manyar, Ngagel, Nginden Surabaya banyak betebaran kedai-kedai makanan. Dari soto ayam, serba penyet hingga bubur ayam. Bubur ayam Jakarta racikan Andi Kristino dan Enky Sri Kawuryan yang terletak di Jalan Manyar 83 Surabaya bisa dicoba.

Bersebelahan dengan soto ayam Pak Jayus. Bubur ayam Jakarta Manyar berdiri sejak tahun 2001 ini membuka kedainya dua kali (dari pagi hingga pukul 12.00WIB dan pukul 17.00 hingga 22.00 WIB) setiap harinya. Kecuali hari Rabu, memilih libur sehari.

“Sekian lama berjualan, saya akhirnya tahu kapan waktu pengunjung datang paling banyak. Yaitu, pagi hari hingga siang jam 12 pas waktu makan siang. Setelah itu sepi. Karena itu saya tutup dan baru buka jam lima sore yang memang terbukti banyak pembelinya hingga malam hari,” terang Andi.

Bubur ayam Batavia ala Pak Andi ini memang tak banyak berbeda dengan bubur ayam lainnya, harganya juga terjangkau, dari Rp 5500 hingga Rp 9000. Bahkan membeli buburnya saja juga bisa. Tetapi, tetap ada yang membedakan. Selain tak berkuah layaknya bubur Jakarta, bubur ayam ini menghilangkan buliran kacang kedelai yang biasanya menjadi kawan setia makanan dari beras ini.

Yang spesial disediakan telur ayam kampung yang disajikan dengan cara berbeda. “Telur kampung mentah, diambil kuningnya saja. Ditaruh di mangkuk dan disiram dengan bubur panas. Hasilnya, ketika bubur tersaji, telur menjadi setengah matang dan ini membuat rasa bubur kian spesial,” ujar Andi yang pada Sabtu dan Minggu menyediakan telur kampung hingga 10 kg. “Jika tak suka telur kampung setengah matang, tersedia telur asin, sate telur puyuh, sate jerohan hati ayam,” sambungnya.

Menjaga rasa tetap sama dari sejak awal berdiri, Andy menetapkan standar pemilihan bahan baku terbaik. Untuk beras, dipakai beras mentik yang cocok diolah menjadi bubur, dan daging ayam dipilih bagian dada tanpa kulit. Untuk cakue, ia mendapatkannya dari produsen terbaik di Surabaya.

“Stok bubur juga tak dibuat terlalu banyak, alias selalu bubur segar yang disajikan. Bukan bubur sisa pagi hari yang dijual pada malam hari begitu juga sebaliknya,” terang Andy yang hingga kini engan membuka cabang meski peminat bubur ayam racikannya semakin banyak. (wahyu nurdiyanto)

Sumber: Surya, Rabu, 10 Desember 2008

Label: , , ,

Safari Bubur Tradisional

Tiga jenis bubur tradisional berikut rasanya bikin kangen. Manis, legit, kenyal, dan gurih saat bertemu di mulut. Bubur Madura, bubur ketan hitam, dan bubur kacang hijau ini mudah dijumpai di mana saja. Pun di Surabaya. Ketiga jenis makanan tradisional ini mampu bertahan di antara terjangan menu jajanan modern lainnya.

Bubur Madura

Jika kangen bubur Madura, bisa mengunjungi sisi Timur Pasar Atom tepat pukul 14.00 WIB. Berjajar bug (panggilan khas Madura bagi perempuan dewasa) berjualan bubur Madura gendongan.

Beragam kendi kecil berisi bubur sum-sum, bubur mutiara, bubur ketan hitam, dan bubur candil (jenang grendul). Campuran bubur manis tersebut biasanya disajikan dengan santan kental dan kicir gula jawa cair (kinca). Rasanya jadi manis, gurih, dan jenang grendulnya legit di mulut.

“Santan ini dicampur dengan sedikit tepung beras, biar kental,” ujar Pijah, 40, salah seorang buk yang sudah berjualan bubur Madura sejak 1981 di Pasar Atom. Bubur Madura ini disajikan dalam pincuk, untuk makan memakai suruh (sendok daun pisang). Satu porsi harganya Rp 4.000.

Menemani bubur Madura, dijual pula jajanan pasar. Seperti lupis, ketan putih, klanting, jongkong, talam, tiwul, dan biji salak. Jenis jajanan itu ditata di atas pincuk lalu ditaburi parutan kelapa dan gula Jawa kental. Jika ingin rasa pedas, bisa mengganti gula Jawa dengan bumbu manggul (santan kental dicampur cabai).

Bubur Kacang Hijau

Paling mudah dicari adalah penjual bubur kacang hijau. Hampir semua pojok Surabaya terdapat jenis makanan ini. Biji kacang hijau direbus hingga lunak sembari ditambah gula. Hasilnya bubur kacang hijau yang kental dan manis.

Harga jual di warung berkisar antara Rp 3.000-4.000. Sedangkan bubur kacang hijau yang dijual di depot atau rumah makan harganya naik menjadi Rp 7.000.

Bubur kacang hijau yang gurih dan hangat bisa ditemui di kawasan Pasar Besar Surabaya. Tepatnya di depan karaoke Nav, Jl Pasar Besar Wetan. Abdul Fani, 55, sudah berjualan bubur kacang hijau di sana sejak 1974.

Biasanya bubur kacang hijau yang dijual disajikan bersama es serut dan ditaburi susu kental manis. “Tetapi bisa juga beli bubur kacang hijau tanpa es,” ucap Abdul Fani yang mulai buka warung pukul 19.00-24.00 WIB.

Pembeli bisa menikmatinya bersama lemper dan kacang goreng. Dibantu anak-anaknya, Abdul Fani memasak 10 kilogram lebih kacang hijau setiap hari. Ada juga artis ibukota asal Surabaya yang menjadi langganan tetapnya lho. “Iya, Tessy mampir di sini kalau pas di Surabaya,” ucap Abdul Fani.

Jika terlalu jauh tempatnya, bisa pula berburu bubur kacang hijau di perempatan Jl Barata Jaya, tepatnya di sebelah terminal Bratang. Penjualnya bernama Sukardi. Mulai buka warung pukul 17.00-24.30 WIB. Satu mangkuk dijual dengan harga Rp 3.000. Bagi yang ingin dingin tinggal ditambah es serut. “Sehari saya masak lima kilogram kacang hijau,” ungkapnya.

Bubur Ketan Hitam

Sejak sekolah dasar (SD), Sa’diyah, 48, membantu ibunya berjualan dawet di Pasar Blauran. Kadang orang tidak membeli dawet, tetapi bubur ketan hitam. Mulai 1984, Sa’diyah membuat dan menjual dawet sendiri. Bubur ketan hitam tetap saja dicari pembeli. Apalagi bubur ketan hitam buatan Sa’diyah lezat sekali.

Rasa khas ketan hitam tidak hilang dan lunak di mulut, tidak ada yang ngletis (masih keras saat dikunyah meski sudah direbus lama). “Pokoknya direndam lama. Saya sih hampir semalaman merendamnya,” ucap Sa’diyah.

Ketan hitam warna keungu-unguan ini dimakan bersama kuah santan yang sudah diberi garam sedikit. Satu porsi dijual Rp 4.000. Sama dengan dawet yang berisi bubur sum-sum, bubur mutiara, bubur ketan hitam, grendul, dan dawet hijau. Bongkahan es menambah segar bubur ketan hitam berkuah santan dan gula jawa cair ini. (marta nurfaidah)

[keluar]

Sumber: Surya, Minggu, 1 Maret 2009

Label: , , ,