Tengkleng Solo
Warta Kota/Dian Aditya Mutiar |
Di Jakarta, makanan ala Solo itu juga ada. Uniknya, tengkleng itu diolah dengan cara dibakar. Bahannya dari iga sapi.
Porsi tengkleng bakar itu cenderung besar. Tiap porsi terdiri dari dua iga yang dililit daging yang empuk, tidak liat dan mudah dipotong. Rasanya gurih, ada nuansa manis dan aroma steak. Penyajiannya dilengkapi dengan lalapan, sambal, dan kuah yang terpisah.
“Memang pada dasarnya tengkleng dibuat dari bagian kepala dan kaki kambing. Tapi karena disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat Jakarta, makanya kami memakai iga. Dan ini menjadi favorit di tempat kami,” kata Sriwiyatno, Koordinator Resto 30.
Resto 30 terletak di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Lokasinya tak jauh dari Rumah PAN atau Kantor DPP PAN, tak jauh dari perempatan Pejaten.
Bagi yang tidak suka tengkleng bakar, juga disediakan tengkleng kuah. Meski warna kuahnya agak keruh, itu bukan karena memakai santan. Daging yang dipakai tetap iga, baik sapi maupun kambing.
Resto 30 atau yang juga dikenal dengan Omah Solo ini khusus menyediakan aneka hidangan Solo yang memang cukup terkenal di daerah asalnya. Seperti soto nggading, yang merupakan soto ayam bening, yang berisi potongan ayam, tauge, daun bawang, potongan kentang goreng, soun. Gading adalah nama kawasan di Solo. Soto itu cukup terkenal di sana.
Ada pula nasi liwet keprabon, mirip dengan nasi uduk, hanya saja ditambah dengan siraman areh (santan kental) di atasnya. Dilengkapi dengan lauk yang bisa dipilih, seperti telur pindang, ayam, ampela ati atau ketiganya, serta sayur labu siam.
Daerah yang cukup terkenal menjual nasi ini adalah Mangkunegaran. Di sana ada warung yang sederhana. Piringnya menggunakan daun pisang (disebut pincuk) dan juga memakai sendok dari daun yang disebut suru.
Ciri khas lain dari Omah Solo yang lain adalah selat solo. Makanan ini sekilas mirip dengan beef steak, tapi dengan kuah mirip semur. Pelengkapnya ada daun selada, wortel, kentang goreng, potongan daging, telur rebus, ditambah dengan sedikit mustard. Cukup menyehatkan bagi Anda yang sedang berdiet.
Dari jenis sate, Anda bisa menemukan sate buntel. Terbuat dari cacahan daging kambing muda yang dibalut dengan kulit lemak. Sebelum disajikan dibakar terlebih dahulu. Supaya higienis, sate buntel ini dibungkus dengan alumunium foil.
Untuk minuman panas yang paling khas di sini adalah wedang ronde. Sedang untuk minuman dingin bisa dipilih es dawet pasar gede (isinya dawet/cendol, tape ketan hijau, nangka), es tape dan es ketan, serta es lengkeng.
Resto di Jalan Warung Buncit ini tidak terlalu besar. Di pintu masuk pengunjung langsung bisa mendengar musik klenengan khas Solo yang dipasang dari pemutar DVD. Terkadang juga diputarkan lagu-lagu campursari.
“Yang kami beri makan di sini bukan hanya perut tetapi juga mata dan pendengaran. Pokoknya semua kami servis dengan baik,” katanya Sriwiyatno yang sudah bergabung dengan resto ini selama lima tahun. Tidak ketinggalan, rumah makan ini juga menyediakan aneka oleh-oleh khas Solo. Ada intip, ampyang jahe, brem, abon, serundeng, keripik paru, keripik usus. Harganya berkisar Rp 12.000-Rp 40.000. (Dian Aditya Mutiara)
Sumber: kompas.com, Rabu, 5 Agustus 2009
Label: kabar kabari, kuliner, tengkleng
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda