Rumah masa depan

Membangun Rumah Ramah Lingkungan

Kompas/Yuni Ikawati / Kompas Images
Maket rumah ramah lingkungan di stan NEDO Japan Expo 2008.

Tinggal di perkotaan tanpa pasokan listrik PLN tentu menjadi tidak menyenangkan dan harus mengeluarkan biaya tinggi. Karena sarana penerangan dan berbagai peralatan elektronika yang digunakan memerlukan energi listrik. Itu bisa berarti pemilik rumah harus memasang generator listrik yang harga bahan bakarnya mahal.
Di Jepang kini telah dikembangkan berbagai peralatan pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan dan peralatan rumah tangga elektronika ramah lingkungan. Dengan demikian, tiap keluarga di Negeri Matahari Terbit ini dapat mandiri melistriki berbagai peralatan rumah tangga yang dipakai sehari-hari.
Di Japan Expo yang digelar di Kemayoran, Jakarta, lembaga riset milik Pemerintah Jepang NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) memajang maket rumah ramah lingkungan masa depan, yang menggunakan energi terbarukan.
Rumah ramah lingkungan ini menggunakan energi listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan PLT angin yang dipadukan dalam sistem hibrid sehingga masing-masing saling melengkapi daya listrik yang dibangkitkan.
PLTS terdiri dari panel surya yang dipasang di atap rumah. Untuk setiap meter persegi panel surya yang terbuat dari lempeng silikon itu dihasilkan 200 watt daya listrik. Saat ini bahkan NEDO berhasil mengembangkan sel surya tanpa bahan silikon.
Adapun pada PLT angin, bila bertiup angin berkecepatan 5 meter per detik dapat terbangkitkan listrik 110 kW per jamnya. Listrik dari dua pembangkit itu kemudian disimpan dalam baterai dari bahan litium. Listrik ini sebagai cadangan listrik di malam hari.
Di 26 negara
Kombinasi dua pembangkit ini telah banyak digunakan di perumahan di 26 negara maju termasuk Jepang. Di Indonesia sendiri ada sekitar 8 unit kincir angin pembangkit listrik yang dikembangkan peneliti NEDO.
Selain sistem pembangkit listrik, NEDO juga memperkenalkan panel isolator panas dari material hibrid. Panel ini hanya setengah ketebalannya dibanding papan berbahan uretan yang biasa dipakai sebagai isolator panas. Panel ini ditempel di dinding rumah untuk menangkal panas dari luar. Dengan demikian, ruang dalam rumah bisa tetap sejuk. Oleh karena itu, pendingin ruangan tak diperlukan. Ini artinya tidak diperlukan listrik untuk menghidupkan AC.
Penghematan listrik juga dicapai dengan memakai lampu penerangan yang terdiri dari keping-keping kotak kecil sejenis keping silikon disebut lampu OLED. Unit lampu tak mengandung merkuri ini diharapkan dapat menggantikan lampu neon dan bisa di daur ulang. Dibanding lampu pijar, produk yang masih berupa prototipe ini menghemat listrik hingga 70 persen.
NEDO juga memperkenalkan sistem penerangan dalam rumah pada siang hari, yaitu dengan menggunakan balok kaca yang didalamnya tersusun dari prisma-prisma kaca untuk menyebarkan dan membaurkan sinar matahari yang masuk.
Selain itu, untuk menghasilkan air panas bagi kebutuhan rumah tangga, NEDO juga memperkenalkan sistem sel bahan bakar untuk rumah tangga yang terdiri dari hidrogen dan oksigen.
Pemanas air juga dapat dilakukan dengan memakai pompa kalor. Teknologi pompa kalor dapat digunakan untuk AC dan pemasokan air. Sistem ini dapat menghasilkan energi panas beberapa kali lipat dibanding energi listrik yang di-input.
Dalam hal ini zat refrigeran menyerap panas dari udara. Dengan memberi tekanan pada refrigeran, tekanan dan suhu akan naik. Suhu dari refrigeran ini kemudian digunakan untuk memanaskan air. (YUNI IKAWATI)

Sumber: Kompas, Jumat, 7 November 2008

Label: , ,

1 Komentar:

Pada 21 September 2010 pukul 06.17 , Blogger Bowo' mengatakan...

info yang menarik..

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda