Duane Michals dan Puisi Fotografisnya
FOTO: DUANE MICHALS/Robert Duval |
Esai foto ”Things are Queer” di halaman ini sungguh tidak biasa. Aliran dari foto pertama sampai foto kesembilan yang dibuat dengan sangat terencana dan teliti membangun sebuah imaji ”perjalanan” yang misterius. Karya foto ini sungguh sangat puitis. Duane Michals, pembuatnya, memang sangat genius sekaligus eksentrik.
Oleh ARBAIN RAMBEY
Aku bukan fotografer, melainkan seorang ekspresionis,” kata Duane Michals dalam berbagai wawancara yang bisa didapati di sejumlah buku dan situs internet. Dalam berbagai wawancara pula, Michals mengaku sangat memuja dunia sastra lewat puisi.
Kenyataannya, keluaran dari benak Michals sebagian besar dibuat dengan alat yang dinamakan kamera.
Karena selalu ngotot bahwa ia tidak memotret melainkan berpuisi, bisa dikatakan bahwa bagi Michals kamera memang sekadar alat. Lebih jauh lagi, Michals ternyata tidak pernah belajar fotografi, bahkan untuk teori dasarnya sekalipun. Ia justru punya pendidikan formal dalam bidang seni rupa, lukis dan grafis.
Terlahir tahun 1932 di McKeesport, Pennsylvania, AS, dari sebuah keluarga kelas menengah, Michals mengawali minatnya pada dunia seni dengan belajar melukis menggunakan cat air pada usia 14 tahun.
Michals meraih gelar sarjana muda seninya dari Universitas Denver pada tahun 1953. Kemudian, ia mulai bekerja sebagai perancang grafis secara serabutan sambil melanjutkan kuliah di Parsons School of Design di New York pada tahun 1956.
Fotografer Dunia
Namun, bagaimanapun, Michals sudah ditahbiskan sebagai salah satu fotografer dunia. Karya-karya fotografinya dapat dijumpai di puluhan museum, antara lain Museum of Modern Art, New York; International Museum of Photography, George Eastman House, Rochester, Smithsonian Institution, Washington DC; Art Institute of Chicago, Chicago; Museum of New Mexico, Albuquerque; University of California at Los Angeles, Norton Simon Museum, Pasadena, CA; Museum Ludwig, Cologne, Jerman; dan Museum Folkwang, Essen, Jerman.
Mengapa karya Michals unik? Mari kita kembali ke awal tulisan ini yang menegaskan bahwa Michals bukan memotret melainkan berpuisi.
”Saya bersyukur bahwa saya tidak pernah belajar teori fotografi sehingga saya bebas dari segala kesalahan fotografis,” tutur Michals kepada Marco Livingstone, seorang penulis yang menuliskan biografinya.
Dengan sama sekali tidak tahu—atau tepatnya tak mau tahu—teori fotografi, Michals justru bebas memakai kamera sebagai alat ekspresi dirinya. Dan, untuk mengimbangi pemakaian kamera, secara otodidak pula Michals belajar teknik kamar gelap untuk mencetak sendiri foto karyanya.
Di dunia ini, mungkin hanya Michals yang karyanya disukai 50 persen orang dan dibenci 50 persen lainnya. Pada pameran foto pertamanya tahun 1963 di New York, 50 persen pengunjung pulang sebelum pamerannya resmi dibuka.
Sampai saat ini pun karya Michals selalu menjadi perdebatan di kalangan fotografer: apakah karyanya genius atau ngawur.
Kenyataan membuktikan, pihak-pihak yang senang pada karyanya telah memakai karya-karya Michals dalam pentas-pentas tertinggi bidang apa pun. Karya Michals pernah muncul di sampul majalah Life, halaman-halaman mode majalah Vogue, laporan tahunan New York Times, sejumlah dinding museum sampai dengan sampul album grup rock The Police Synchronicity.
Sumber: Kompas, Selasa, 6 April 2010
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda