Iga Penyet

Iga Penyet

Bahan:

■700 gram iga sapi
■3 siung bawang putih, cincang halus
■2 cm jahe, memarkan
■1 sendok makan madu
■1 sendok makan saus tiram
■1 sendok teh kecap asin
■¾ sendok teh garam
■1 sendok teh merica bubuk
■1 sendok teh gula merah
■1000 ml air
■1 sendok makan minyak untuk menumis

Bahan Sambal:

■8 buah cabai merah
■4 buah cabai rawit
■3 butir bawang merah
■2 siung bawang putih
■1 sendok teh terasi
■1 buah tomat
■1 buah jeruk limau, belah 2 bagian
■¼ sendok teh garam

Mau Tahu Cara Membuat klik disini

1.Tumis bawang putih dan jahe sampai harum. Masukkan iga. Aduk sampai berubah warna.
2.Tambahkan madu, saus tiram, kecap asin,garam, merica bubuk, dan gula merah. Aduk rata.
3.Masukkan air secara bertahap. Masak sampai bumbu meresap dan iga empuk. Angkat.Sisihkan.
4.Goreng bahan sambal kecuali jeruk limau dan garam sampai harum. Ulek bahan sambal di atas cobek bersama garam sampai lembut. Tambahkan jeruk limau. Penyet dan aduk rata.
5.Letakkan Iga diatas ulekan sambal. Penyet iga sampai terbalut sambal. (nancy irawati)

Sumber: Resep Masakan

Label: , ,

Mengawali Sebelum yang Lain

Mal bukan lagi tempat belanja satu-satunya pada era teknologi informasi yang memberi kemudahan berbelanja di ujung jari.

Kini semakin banyak produk Indonesia ditawarkan online. Dua di antaranya adalah Simplight (simplight.net) yang dimiliki dan dikelola oleh Vilia Ciputra (26) dan De Pernics (www.pernics.multiply.com) milik Ade Siregar, ibu dua anak.

Toko virtual ini berawal dari kesukaan mereka berselancar di internet walau mereka sebelumnya mengawali usaha secara fisik. Ade yang lulusan sekolah perhotelan di Bali, ketika bekerja di perusahaan produksi sinetron (PH) di Jakarta, kerap menitipkan baju dan kain kepada suaminya yang juga bekerja di perusahaan PH.

”Karena suka ngobrol dengan teman-teman lewat internet, mereka mendorong saya bikin toko online,” kata Ade.

Awal pertama usaha Vilia adalah berjualan dari rumah ke rumah, lalu punya butik di rumah, kemudian toko di ITC Kuningan. Tahun 2000 ketika bisnis di internet mulai muncul di Indonesia, dia membuka toko online. Kini, usaha Vilia termasuk mapan, dilihat dari penataan etalase di layar, sistem pencarian (search of engine), maupun pemakaian situs khusus.

”Ke depan saya melihat perkembangan online akan lebih efektif dan efisien karena jauh lebih mudah menggapai pasar global. Saya juga bisa fokus mengurus proses toko dan produk,” kata Vilia, lulusan London School of Public Relations. Alasan lain, waktu kerja dan skala usaha lebih fleksibel serta bisa dikerjakan dari rumah.

Itu juga alasan Ade. ”Kerja kantoran menghabiskan banyak waktu dan penghasilannya sudah tertentu. Bisnis seperti ini waktunya bisa saya atur dan bisa saya kerjakan dari rumah,” papar Ade.

Kerja sama

Vilia menawarkan aksesori, seperti tas, dompet, dan perhiasan untuk anak perempuan dan perempuan dewasa serta pakaian. Selain produknya sendiri, dia juga menawarkan produk dari produsen lain, sebagian besar perempuan. ”Supaya lebih banyak perempuan maju dalam berbisnis,” kata Vilia.

Syaratnya, memakai 70 persen bahan lokal, terutama untuk bebatuan aksesori. Mereka dibuatkan telusuran (link) sendiri dan diberi tenggang sebulan untuk memajang produk. Bila hasil penjualan tidak bagus, si penjual boleh tetap memasang produknya dengan kompensasi biaya administrasi Rp 250.000 per bulan. Bila tak laku, jalur ditutup.

Karena pembeli hanya mengandalkan gambar produk yang dipasang di situs, maka menyediakan gambar secara detail sangat penting. Ade yang menjual produk sendiri berupa baju, kain, dan tas memastikan foto yang terpasang harus sama dengan aslinya.

Seperti juga Vilia, Ade membuat desain dan memiliki pegawai untuk memproduksi atau mensubkontrakkan ke perajin kain dan aksesori. Untuk kain, Ade bekerja sama dengan perajin di Pekalongan, sementara Vilia bekerja sama antara lain dengan perajin di Bali.

Vilia memberi garansi kepada pembeli untuk mengembalikan dalam tiga hari bila barang tidak cocok atau rusak serta jasa cuma-cuma perbaikan, perawatan, dan penggantian elemen produk yang sudah dibeli.

”Dengan layanan tambahan ini, pembeli tidak ragu berbelanja,” tutur Vilia. Sebaliknya, agar tidak tertipu pembeli fiktif, keduanya menerapkan sistem pembayaran di muka. Sejauh ini, bisnis mereka berjalan lancar dan pembeli pun ada yang dari Australia, Malaysia, hingga Jerman. (IND/NMP)

Sumber: Kompas, Minggu, 19 April 2009

Label: , ,

Menjalani Bisnis Masa Depan dari Rumah

Para pemasar di mana pun menghadapi persoalan besar saat ini dalam menjangkau konsumen, terutama orang muda. Miliaran dollar AS dikeluarkan untuk iklan, tetapi cara yang dianggap ampuh ternyata getok tular alias informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut dan informasi itu dipercaya karena yang menyampaikan adalah teman atau kerabat.

Dalam era teknologi digital, informasi itu akan sampai lebih cepat karena internet memotong jarak waktu dan ruang. Bukan kebetulan bila Generasi Net (lahir Januari 1977-Desember 1997), bersamaan dengan lahirnya teknologi komputer, merupakan pengguna internet paling mahir dan menjadi pengunjung setia blog.

Data Fashionese Daily milik Hanifa Ambadar dan Affi Assegaf memperlihatkan, anggota situs mode dan kecantikan itu berusia rata-rata 20-35 tahun, 60 persen adalah profesional, 99 persen perempuan.

Dari sisi tersebut, internet memang memberi banyak peluang bisnis untuk usaha kecil dan menengah, seperti yang dilakoni Vilia Ciputra dengan Simplight.net, Ade Siregar dengan De Pernics, serta Affi dan Hanifa. Ketiganya mengatakan optimistis dengan masa depan bisnis secara online.

Untuk Vilia dan Ade memasarkan melalui toko online mereka, artinya jangkauan konsumen dapat global, sementara untuk Affi dan Hani, panggilan Hanifa, kecenderungan promosi saat ini yang menggunakan kekuatan getok tular membuat situs seperti milik mereka menarik bagi calon pemasang iklan.

Yang terpenting adalah memiliki nama menarik, tampilan enak dilihat dan mudah dibuka, serta memberi jalur ke situs-situs lain. Untuk ini memang diperlukan keterampilan seorang pemrogram komputer atau mencari bantuan dari tenaga profesional.

Kesulitan ini dirasakan Ade yang masih menggunakan situs gratis multiply.com. ”Tidak mudah mencari orang yang punya kemampuan teknis teknologi sekaligus juga kecintaan pada kain,” kata Ade.

Di sisi lain, Affi dan Hani merasa tumbuh kebutuhan mencari bantuan tenaga profesional untuk meyakinkan calon pemasang iklan bahwa blog dapat dikerjakan serius dan benar-benar mendatangkan pembeli bagi produk yang beriklan.

”Penetapan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional oleh Menteri Komunikasi dan Informatika mengangkat kredibilitas blog,” ujar Hani. Nyatanya, Departemen Pendidikan Nasional sudah memasang iklan di Fashionese Daily yang menunjukkan peran blog semakin dihargai.

Kendala lain adalah biaya pemakaian internet yang dirasa masih dapat diturunkan lagi seperti dijanjikan pemerintah.

Vilia mengatakan, untuk yang membuat sistem dan situs sendiri, biayanya bisa jadi tidak murah karena banyak jenis sistem yang harus diaplikasikan, seperti sistem pengecekan stok barang, basket, pencatatan auto update, sampai mesin pencari yang dibuat begitu rupa sehingga mudah dicari oleh peselancar internet.

”Keuntungannya, di mata pelanggan dan calon pembeli, situs yang dibuat sendiri tentu lebih profesional dan representatif dan bisa menjadi sarana menunjukkan bagaimana usaha di dalamnya berjalan,” kata Vilia.

Masa depan

Di luar berbagai kendala tersebut, Ade, Vilia, Affi dan Hani yakin online adalah bisnis masa depan dan menguntungkan dalam arti luas. Fleksibilitas waktu dan ruang ada di tangan mereka karena dapat bekerja dari rumah atau dari tempat lain sepanjang ada jaringan internet.

”Kami akan terus mengembangkan usaha ini karena ini memberi rasa berharga pada diri kami,” kata Hani.

”Saya selalu berpikir perempuan harus punya kemandirian tertentu, termasuk dalam penghasilan, untuk payung kalau hari hujan biarpun saya tidak ingin itu terjadi,” tambah Affi.

Selain itu, krisis ekonomi saat ini menyebabkan orang semakin berhemat dalam membelanjakan uangnya. Kalaupun mereka masih mau berbelanja, mereka ingin mendapatkan barang yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Getok tular dengan saling memberi rekomendasi kepada teman serta internet memungkinkan itu terjadi. (NMP)

Sumber: Kompas, Minggu, 19 April 2009

Label: , , ,