Ulama Malaysia: ESQ Ginanjar Sesat

ESQ: Training Jalan Terus MUI: Tak Perlu Dikaji Lagi

Pelatihan Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) milik Ary Ginanjar Agustian, yang telah memiliki hampir sejuta anggota dan alumni, dinilai sesat oleh Mufti Malaysia. Ajaran ESQ dipandang banyak yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Dikutip dari situs www.muftiwp.gov.my, Rabu (7/7), Fatwa Mufti Malaysia itu ditandatangani Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia, Datuk Hj Wan Zahidi bin Wan Teh tanggal 10 Juni 2010. Oleh Mufti (pemuka agama yang mewakili negara bagian) yang meliputi Kuala Lumpur, Putrajaya, dan Labuan, ESQ dianggap ajaran yang dapat merusak akidah serta syariah Islam.

Penyelewengan itu, menurut Mufti, karena ajaran Ary mengandung faham liberalisme, dimana ia menerjemahkan nas-nas Alquran secara bebas. Selain itu, ESQ juga mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan benar.

Ada sejumlah alasan dijadikan dasar Mufti Malaysia untuk mencap ajaran ESQ melenceng dari ajaran agama Islam. Alasan itu, seperti dikutip dari situs www.muftiwp.gov.my, antara lain:
  • ESQ dinilai mendukung paham liberalisme karena menafsirkan Alquran dan As-Sunnah secara bebas. ESQ mengajarkan pada dasarnya ajaran seluruh agama adalah benar dan sama.
  • ESQ juga dinilai menganggap para Nabi mencapai kebenaran melalui pengalaman dan pencarian. Ini bertentangan dengan akidah Islam soal Nabi dan Rasul.
  • ESQ dituduh telah mencampuradukkan ajaran kerohanian bukan Islam dengan ajaran Islam. Mufti juga melihat ESQ menekankan konsep ’suara hati’ sebagai rujukan utama dalam menentukan baik buruk suatu perbuatan.
  • ESQ juga dianggap salah karena telah menjadikan logika sebagai rujukan, bukannya Alquran dan Hadis. Mukjizat juga tidak dipandang di ESQ karena bertentangan dengan keadaan zaman sekarang yang serba logik.
  • ESQ dinilai salah karena menggunakan Kod 19 rekaan dari Rasyad Khalifah untuk menafsirkan Alquran. Rasyad Khalifah mengaku sebagai rasul dan membawa agama baru yang dinamakan ’submission’. Teori ini bahkan dipandang lebih tinggi dibanding Alquran.
  • ESQ menyamakan bacaan Al-Fatihah sebanyak 17 kali oleh orang Islam dengan ajaran Bushido Jepang. ESQ dianggap telah menafsirkan makna kalimat syahadat dengan triple one. Menurut Mufti, itu adalah tafsiran bid`ah dan sesat.
Hingga berita ini ditulis, Dr HC Ary Ginanjar Agustian selaku pendiri ESQ Leadership Center belum memberikan tanggapan. Dia masih berada di luar negeri. Sedangkan Dwitya Agustina, Head of President Director Office ESQ, mengatakan pelarangan ESQ di Malaysia hanya berlangsung di satu negara bagian, yaitu Wilayah Persekutuan yang terdiri Kuala Lumpur, Labuan dan Putra Jaya. “Yang melarang cuma satu Mufti, yaitu Datuk Haji Wan Zahidi bin Wan Teh dari Wilayah Persekutuan,” ujarnya, Rabu (7/7). Mufti adalah pemuka agama yang mewakili suatu negara bagian. Malaysia memiliki 13 negeri dan satu Wilayah Persekutuan. “Tiga belas mufti lain tidak melarang,” kata Dwitya.

ESQ pimpinan Ary Ginanjar mulai menggurita di negeri jiran itu sejak 2006. Saat ini anggota ESQ di Malaysia mencapai 65.000 orang. “Mufti yang larang itu belum pernah bertemu dan ikut pelatihan kami,” ujarnya. Sementara sembilan dari 13 mufti lain pernah. ESQ, yang memiliki anggota sedikitnya 850.000 orang hingga di Belanda dan Amerika Serikat ini masih menunggu keputusan resmi dari Jabatan Kemajuan Islam atau Jakim, lembaga keagamaan tertinggi di Malaysia. Selama ini, Dwitya melanjutkan, setiap pelatihan ESQ selalu didampingi Panel Syariah yang terdiri atas tokoh-tokoh agama Malaysia. Dia mengakui para pendamping itu sempat keberatan dengan beberapa materi yang terpampang di slide pelatihan. Namun tidak mengetahui persis materinya, dan sudah direvisi sesuai permintaan Panel Syariah. “Sampai pertemuan terakhir 16 Juni lalu, Jakim tidak melarang,” katanya. Saat ini, Dwitya melanjutkan, ESQ masih menjalankan pelatihan di negeri jiran. “Hari ini kami masih ada pelatihan di Perak, Pulau Pinay dan Sarawak,” ujarnya. Dwitya mengakui, sejak munculnya fatwa itu, ratusan alumni ESQ menghubungi kantor pusat ESQ untuk mempertanyakan fatwa tersebut. “Hampir ratusan alumni menanyakan soal itu lewat telepon dan email. Mereka justru ingin menjelaskan kalau training ESQ itu benar. Tidak ada aliran sesat. Mereka akan membantu meluruskan,” kata Dwitya. Dwitya menambahkan, Ary Ginanjar kini masih di Australia dan terus memantau perkembangan masalah ini. “Beliau terus memantau. Sepuluh hari lagi baru kembali ke tanah air,” ungkapnya.

Tak Perlu Dibesarkan

Terkait fatwa sesat pelatihan ESQ ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tak perlu mengkaji metodenya. “Tidak perlu dikaji, untuk apa. Masalahnya tidak perlu dibesarkan, ini sudah metode dakwah yang luar biasa, sudah mendunia,” kata Ketua Umum MUI Amidhan di kantornya, Jakarta, Rabu (7/7). “Orang ESQ bilang itu hanya dari seorang Mufti yang memang dari dulu agak negatif pandangannya,” ungkap Amidhan. Mufti-Mufti lain di Malaysia menyatakan sudah tidak ada masalah, karena buktinya pelatihan ESQ bukan kali pertama di Malaysia. Amidhan yang sudah menghubungi kantor pusat ESQ menyatakan justru Mufti lain di Malaysia akan menjelaskan kepada Datuk Hj Wan Zahidi. “Nanti kita dengar saja, Mufti lain di Malaysia akan menyatakan bahwa larangan itu hanya dari dia (Datuk Hj Wan Zahidi),” jelasnya.

Pelatihan ini, lanjut Amidhan, sudah direkomendasikan oleh ketua Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) saat itu, KH Hasyim Muzadi, dan dari Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin yang menyatakan tidak ada masalah. Salah satu Ketua PBNU, Slamet Effendi Yusuf menilai fatwa sesat yang dikeluarkan Mufti Persekutuan di Malaysia terhadap ESQ adalah berlebihan. “Setahu saya Ary Ginanjar itu mendakwahkan masalah hati tidak dilepaskan dari ajaran Alquran. Jadi menurut saya berlebihan kalau itu diharamkan,” kata Slamet di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (7/7).

Sementara itu, fatwa training ESQ sesat, tidak akan berpengaruh banyak di Jatim. Branch Manager ESQ Leadership Center PT Arga Bangun Bangsa, Keppy Damayanti, bahkan menegaskan fatwa sesat itu merupakan isu lama. “Saya tidak tahu kenapa baru sekarang mulai di-blow up ramai-ramai. Itu (ESQ sesat) isu usang yang tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap misi mulia kami. Kami sampai saat ini tetap melakukan training seperti biasa,” ucap Keppy kepada Surya, Rabu (7/7) malam. Menurut Keppy, setiap pekan di Jatim setidaknya ada empat acara. Mereka yang mengikuti traning beragam dari kalangan birokrat, politisi, pebisnis, sampai masyarakat biasa. Bahkan pada Agustus mendatang disiapkan acara besar di Hotel JW Marriott Surabaya dengan menghadirkan Ary Ginanjar Agustian. Di Jatim, jelas Keppy, jumlah alumninya mencapai 70.000-an. Untuk diketahui, ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Leadership Center adalah lembaga yang didirikan Dr HC Ary Ginanjar Agustian, bergerak dalam bidang pelatihan sumber daya manusia (SDM) yang menyinergikan antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).

Berdiri sejak tahun 2002, kini ESQ telah memiliki cabang di seluruh Indonesia, bahkan di Singapura, Brunei, dan Malaysia. Total anggota dan alumninya hampir sejuta orang. Ary Ginanjar Agustian lahir di Bandung, 24 Maret 1965. Saat masih duduk di bangku sekolah, dia tak pernah puas dengan pelajaran agama yang diberikan guru-gurunya. Bahkan pada satu titik, Ary justru mempertanyakan ekistensi Sang Khalik. Dia menjadi gelisah. Di tengah kegelisahan itu, Ary bertemu seorang ulama di Bali, KH Habib Adnan. Saat itulah Ary merasa mendapat pencerahan. Sang ulama menjadi pembimbingnya untuk memahami Islam dengan menggunakan metode berpikir bebas (free thinker). Belakangan, Ary menuangkan seluruh pergulatan dan kegelisahannya itu dalam sebuah tulisan yang di kemudian hari disusun menjadi buku. Namun sayang, tak ada satu penerbit pun yang bersedia menerbitkan hasil karyanya. Kenyataan itu tidak membuat Ary patah arang. Dia memutuskan mendirikan perusahaan dan menerbitkan sendiri buku itu. Di luar dugaan, buku diberi judul ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual itu ternyata laku keras. Sukses lewat buku perdananya, ide-ide Ary terus bermunculan. Di kemudian hari dia menyusun kurikulum pelatihan ESQ selama 3 hari. Pelatihan ini dirancang semenarik mungkin dengan menggunakan sound system dan fasilitas multimedia lainnya. Metode yang dia rancang ini dibuat standardisasi dan dipatenkan. Sehingga kata-kata dan intonasi para pelatih ESQ dimanapun memiliki standar yang sama. Target Ary, metode pelatihannya sudah mendunia pada 2050. (nfai/tribunnews/ti)

Sumber: Surya, Kamis, 8 Juli 2010

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda