Rani-Antasari Renggang Setelah Muncul Nasrudin


Foto Rani diambil dari rani-juliani. blogspot.com. Gadis ini diduga menjadi sumber konflik Antasari Azhar dengan Nasrudin Zulkarnaen.

Rani Juliani (23) menjadi sosok penting dalam kasus terbunuhnya Nasrudin Zulkarnen yang diduga diotaki Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar. Begitu istimewakah Rani bagi Antasari? Berikut ini penelusuran Surabaya Post.

Oleh: Widi Suparwedi

DI kalangan pejabat dan pengusaha papan atas yang biasa melepas penat dengan bermain golf di Padang Golf Modernland, Tangerang (PGMT), Rani dikenal sebagai primadona caddy (pemungut bola golf, red). Wajahnya cantik dengan dagu lancip dan pipi sedikit menonjol. Tubuhnya sintal.

Kelebihan Rani itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para member PGMT. "Banyak member yang harus antre untuk bisa ditemani Rani saat sedang bermain golf," tutur seorang karyawan PGMT ketika dihubungi Surabaya Post, Jumat (1/5) sore.

Karyawan ini mengatakan, sebelum menjadi caddy, Rani berprofesi sebagai pramugari sebuah maskapai penerbangan.

Kedekatan Rani dengan Nasrudin maupun Antasari bermula dari seringnya kedua tokoh itu bermain golf di PGMT. Antasari sendiri tercatat sebagai member di PGMT sejak tahun 2004. Sedangkan Nasrudin baru bergabung pada 2007.

"Rani memang sangat dekat dengan Pak Antasari maupun Pak Nasrudin. Tetapi yang pertama kali mengenal Rani, ya Pak Antasari karena beliau lebih dulu menjadi member di sini," tuturnya.

Masih menurut karyawan tadi, sebelum Nasrudin menjadi member di PGMT, kedekatan Rani dengan Antasari seperti sudah tak terpisahkan. Bahkan, di kalangan karyawan PGMT sendiri khususnya para caddy, sempat beredar kabar bahwa Rani telah menjadi anak angkat Antasari. Mengingat, usia kedua insan berlainan jenis ini yang terpaut jauh. Sehingga memang lebih cocok jika Rani dianggap sebagai anak Antasari daripada pasangan hidup.

"Tetapi setelah Pak Nasrudin menjadi member, hubungan Pak Antasari dengan Rani agak renggang. Karena Rani lebih sering menemani Pak Nasrudin," katanya.

Kedekatan Rani dengan Nasrudin akhirnya berlanjut ke pelaminan. Sehingga, sejak bulan Januari 2009, Rani mengundurkan diri dari PGMT setelah berstatus sebagai istri ketiga Nasrudin.

Kendati telah resmi menjadi istri Nasrudin, menurut karyawan itu, Rani pernah datang ke PGMT bersama Antasari Azhar. Meskipun saat itu Rani hanya menemani Antasari dari kursi penonton.

"Tapi hanya sekali. Setelah itu, Rani tak pernah kembali ke sini. Telepon genggamnya pun sudah tidak bisa dihubungi lagi. Coba saja cari ke rumahnya, mungkin saja dia masih tinggal di sini," kata karyawan tadi sambil menyodorkan secarik kertas berisi alamat rumah Rani.

Berbekal informasi tersebut, Surabaya Post mendatangi kediaman Rani di Jl. Kampung Kosong, Kecamatan Pinang, Tangerang. Dari luar, rumah bercat putih itu terlihat tak berpenghuni.

Menurut Jajang, pedagang rokok di pertigaan jalan dekat rumah tersebut, Rani memang pernah tinggal di rumah itu bersama kedua orangtuanya, yakni Endang dan Ny Engkus. Namun, seminggu setelah peristiwa terbunuhnya Nasrudin, mereka menghilang.

"Waktu angkat-angkat barang saya juga ikut membantu. Sedangkan Mbak Rani hanya memperhatikan saja karena dia tengah hamil. Meskipun ramah, keluarga Mbak Rani jarang bergaul. Jadi nggak banyak yang saya ketahui," ujar Jajang.

Penelusuran Surabaya Post tersebut senada dengan keterangan resmi kepolisian. Situs resmi Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menyebutkan, sejak kematian suaminya, Rani Juliani tidak pernah berada di rumahnya di Panunggan RT 01/04 Nomor 8, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Tetangganya yang bernama Siti, warga sekitar rumah Rani, tidak menduga kalau Nasrudin adalah suami Rani. Sebab, warga mengaku mengenal korban dengan sebutan Zul yang setiap Minggu datang bertandang ke rumah Rani, meski tidak jelas kapan waktunya untuk berkunjung.

Sedangkan Hj Mulyani, tetangga dekat rumah Rani menuturkan, sejak kematian Nasrudin, setelah Rani diperiksa Polres Metro Tangerang, Rani dan keluarga tak pernah tampak di rumahnya. Bahkan, pintu gerbangnya selalu terkunci dan lampu depan rumah pun terus menyala walau siang hari.

Ketua RT setempat, Sidik, mengatakan pernikahan Rani dengan korban sama sekali tidak melibatkan dirinya dan tidak pernah dilaporkan. Namun, warga mengetahui Rani sudah mempunyai suami. "Saya juga sudah diperiksa Polisi terkait tewasnya korban," ujarnya.

Sujud Syukur

Sementara itu, kelurga Nasrudin Zulkarnaen, berbahagia atas penetapan Antasari Azhar sebagai tersangka pembunuh direktur PT Putra Rajawali Banjaran tersebut. Syamsuddin Iskandar, adik Nasrudin, mengatakan, sebelum shalat Isya tadi malam, dia dan keluarga terlebih dulu melakukan sujud syukur.

"Penetapan AA sebagai tersangka merupakan langkah positif," kata Syamsuddin di rumahnya, Jalan Daeng Tata, Makassar, tadi malam. "Kami sangat mengapresiasi hal itu," tambah dia.

Penetapan tersangka atas Antasari, kata Syamsuddin, semakin membuka tabir dari kasus penembakan saudaranya. "Cepat atau lambat, kasus ini akan terungkap termasuk motif dan dalangnya," katanya.

Antasari, kata Syamsuddin, merupakan orang yang dia sebut-sebut sejak awal sebagai dalang pembunuhan adiknya. Namun, Syamsuddin mengaku tak membukanya karena ingin mengetahui seberapa jauh kinerja penegak hukum membuka tirai pembunuhan Nasrudin.

Sementara itu, Antasari mulai kemarin sudah tidak ngantor di Kantor KPK, Kuningan Jakarta. Wakil KPK Bibit Samad mengatakan, Antasari sakit flu. Antasari juga telah dinonaktifkan dari KPK sesuai hasil rapat antara pimpinan dan anggota KPK di rumah Antasari sore kemarin.

Sejumlah wartawan juga tidak bisa mendekati rumah Antasari di Perumahan Giri Loka II, Bumi Serpong Damai, Tangerang karena dihalau petugas keamanan setempat. Keluarga Antasari meminta pengamanan perumahan diperketat. "Ini prosedur pengelola mengikuti kemauan para penghuni. Keluarga Pak Antasari tak mau terganggu. Keluarga yang lain terganggu juga," kata Taufik, satpam perumahan.

Pengamanan di perumahan elite itu masih dengan jumlah yang sama. Empat orang di dalam pos jaga dan satu orang keliling. Satu orang anggota Brimob terlihat berjaga di pos jaga kompleks itu. "Saya memang bertugas disini," kata anggota Brimob, Ansar.

Selain di gerbang, rumah Antasari juga dikawal beberapa orang yang berpakaian safari dan batik. Setiap orang yang berhenti di depan rumah di Blok A Nomor 13 itu selalu didekati petugas pengaman Antasari itu.

Keramaian wartawan di gerbang perumahan itu mengundang tanya warga yang baru pulang bekerja. Mereka bertanya-tanya mengapa banyak orang yang menenteng kamera di depan gerbang masuk kompleks. Sang satpam yang ditanya menjawab pendek. "Tonton di TV saja," ujarnya. (viv)

Sumber: Surabaya Post, Sabtu, 2 Mei 2009

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda