Memahami Sudut Pemotretan Ekstrem
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO |
Pada Klinik Fotografi Kompas edisi 1 Desember 2009 dibahas masalah point of interest atau POI. Namun, pada artikel itu, semua foto yang dipakai sebagai contoh memakai lensa tele. Manakala kita mengeksplorasi POI dengan memakai lensa lebar (bahkan sangat lebar), ini dinamakan pemotretan sudut ekstrem. Pemotretan jenis ini biasanya dipakai untuk mengisolasi POI karena semata hanya bagian itu yang ingin ditonjolkan.
Oleh ARBAIN RAMBEY
Perhatikan rangkaian Foto A sampai C. Rangkaian foto karya Ferganata Indra Riatmoko itu menceritakan pria bernama Pardiyono (53) menerjemahkan naskah Babad Giyanti yang ditulis pada tahun 1873 dan disimpan di Museum Sono Budoyo, Yogyakarta. Museum tersebut memiliki koleksi sekitar 1.300 dokumen yang disimpan dalam bentuk naskah kuno dan daun lontar. Proses digitalisasi berbagai dokumen warisan sejarah tersebut terus dilakukan untuk menyelamatkan isinya dari ancaman kerusakan akibat termakan usia.
Foto A merekam suasana keseluruhan. Namun, Foto B dan C mengambil sudut ekstrem memakai lensa lebar untuk memfokuskan pembaca pada Pardiyono dan naskah yang dikerjakannya. Foto B dan C pun punya pendekatan berbeda. Foto B menonjolkan Pardiyono, sedangkan Foto C menonjolkan apa yang dikerjakannya.
Kemudian, Foto D karya Riza Fathoni memotret seorang staf di penukaran valuta asing di kawasan Kwitang, Jakarta, 'memamerkan' uang dollar AS. Foto yang dibuat dengan pengarahan gaya ini akan dipakai untuk ilustrasi berita tentang melemahnya uang dollar AS saat itu. Dengan memakai sudut pemotretan ekstrem, foto ini berbicara lebih tegas tentang sebuah masalah ekonomi.
Demikian pula Foto E dan F yang merekam perajin kain tradisional. Pemakaian sudut pemotretan ekstrem dipilih untuk mengisolasi penenun dari lingkungan sekitarnya yang kurang fotogenik. Lingkungan sekitar penenun terlalu 'rumit' dan mengganggu keindahan visual fotonya kalau tidak diisolasi.
Pemotretan sudut ekstrem tidak hanya dipakai di lingkungan jurnalistik. Secara umum, untuk menghasilkan foto yang eye catching, teknik ini banyak dipakai di mana pun.
Sumber: Kompas, Selasa, 8 Desember 2009
Label: arbain rambey, artikel, ekstrem, fotografi, pemotretan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda