Tengah Malam, Warnet Jadi Ajang 'Swalayan'
sex chat biasa dimulai pukul 23.00 hingga pagi di warnet-warnet. Foto diperagakan oleh model.
Tahu yang sering terjadi di boks-boks warnet di Surabaya di atas pukul 23.00 malam? Bulu kuduk bisa merinding. Pada jam-jam itu, warnet mulai jadi ajang cybersex sampai taraf vulgar.
Oleh: Ni Nyoman Yuliana Puspasari
HARI masih sore, sekitar pukul 16.00. Tapi Fitri Purnawati sudah menjadi korban praktik seks dunia maya (cybersex) di sebuah warnet di sekitar Kampus Unair. Dengan menggunakan nickname (nama panggilan) Siska_sexi22, Fitri disamperin seseorang dengan nickname Ganteng_euy yang mengaku karyawan di Jakarta.
Dengan fasilitas Yahoo Messenger itulah cybersex terjadi. Ganteng_euy menggiring Fitri ngobrol tentang seks. Tanpa banyak basa-basi, melalui koneksi webcam Ganteng_euy mempertontonkan bagian pusar ke bawahnya.
Awalnya terlihat tangannya meraba-raba bagian –maaf— alat vitalnya yang berlanjut pada pembukaan resleting dan celana dalam. Tanpa malu-malu, Ganteng_euy mempertontonkan adegan –maaf—masturbasi kepada Fitri lewat chatting room itu.
Sepanjang adegan jorok itu, terjadi percakapan dengan Fitri.
Siska_sexi22: koq diem??
Ganteng_euy: lagi ****** nih??
Sika_sexi22: 0000000000000000
Ganteng_euy: gi tegang mo keluar. Nih dah mo ******, kamu liat kan say.........
Siska_sexi22: apanya?
Ganteng_euy: ******nya”
Ganteng_euy: bentar ya say aq simpan dulu
Siska_sexi22: napa???
Ganteng_euy: ada orang
Siska_sexi22: malu???????? cuekin aja lagi
Ganteng_euy: ga lah, takut dia mau
Siska_sexi22: mau ma kamu??
Ganteng_euy: mau ma ******ku
Ganteng_euy: soalnya aku liat dia lagi buka situs porno
Siska_sexi22: cew??????
Ganteng_euy: ibu ibu
Siska_sexi22: oooooooooo
Percakapan itu menunjukkan bahwa semua adegan Ganteng_euy itu terjadi di warnet umum yang tidak terlalu tertutup. “Buktinya dia bisa melihat ibu-ibu yang melihat situs bokep di sampingnya,” kata Fitri.
Kejadian ini dituangkan Fitri Purnawati dalam skripsinya yang berjudul “Studi tentang Pergeseran Media Penyaluran Sexual Drive pada Mahasiswa Pelaku Cybersex di Warnet X3Net, Surabaya.” Skripsi ini mendapat nilai A di Prodi Sosiologi FISIP Unair.
Dalam observasinya, Fitri tak hanya menemukan kejadian seperti itu sekali. Saat observasi dengan berpura-pura menjadi pelaku cybersex melalui fasilitas Yahoo Mesenger, dia lima kali berjumpa pelaku cybersex yang membuka celana dan melakukan –maaf— masturbasi sembari mengajak ngobrol jorok.
Penelitian Fitri memang menemukan kian maraknya praktik cybersex di warnet-warnet. Para pelakunya tak hanya surfing di situs-situs porno, mengunduh gambar, film, atau cerita porno, tetapi sampai melakukan aktivitas seksual seperti –maaf— masturbasi sembari sex chat di depan komputer.
Semua dilakukan serba bebas, karena kondisi memang memungkinkan. Pasalnya, kebanyakan warnet membuat boks-boks penyekat yang relatif tertutup, menyediakan alamat situs porno, dan beroperasi 24 jam.
Itu sebabnya, Fitri menyarankan perlunya aturan penertiban warnet, seperti pelarangan pemakaian bok penyekat yang tinggi dan tertutup. Komputer musti diletakan di ruang terbuka. “Kalau begitu pengunjung kan malu kalau mau membuka situs porno, dan melakukan sex chat, atau –maaf— masturbasi,” kata Fitri.
Dia juga merekomendasi pelarangan warnet buka 24 jam. “Bisa dipanstikan pada jam 23.00 ke atas internet lebih banyak digunakan melihat situs bokep dan kencan cabul daripada browsing data,” ujarnya lagi.
Peraturan ini, menurut Fitri, lebih efektif mencegah cybersex ketimbang Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang malah berimbas pada situs yang tak berhubungan dengan tindak asusila yang dapat diakses dengan keyword “sex” dan lain-lain. “Buktinya, sejak disahkan UU itu belum mampu memblokir situs-situs porno,” katanya seraya menunjuk sejumlah situs porno berbahasa Indonesia yang masih bisa diakses sampai sekarang.
Data yang dikail Fitri melalui sejumlah informan penelitiannya memang menunjukkan fenomena itu. Ipam, salah satu informan yang bekerja sebagai operator warnet, mengaku saat jaga malam sering mendapati pelanggan membuka situs porno atau melakukan –maaf— seks swalayan di warnetnya. Ipam bahkan sampai hapal siapa saja yang suka melakukan hal itu di warnetnya.
Pernah suatu pagi sekitar pukul 05.30, Ipam mendapat pengaduan pelanggan perempuan nglembur mengerjakan tugas kuliah. Dia mengaku melihat netter laki-laki di sebelahnya membuka situs porno. Tak cuma itu, dengan mata terpaku ke layar komputer, tangan si laki-laki meraba-raba bagian depan celananya sendiri. “Laki-laki lagi ‘swalayan’,” kata Ipam.
Fasilitas webcam yang disediakan warnet membuat sex chat berkembang sampai pada taraf memperlihatkan –maaf-- alat vital masing-masing. “Saya dan teman-teman saya juga pernah melakukan,” begitu aku Ipam. (bersambung)
Sumber: Surabaya Post, Selasa, 3 Februari 2009
Label: gaya hidup, kabar kabari, warnet
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda