Kuliner ‘After Midnite’
Lapar usai dugem? Mencari tempat makan dengan beragam menu ketika jarum jam menunjuk angka 02.00 pagi ternyata tak terlalu sulit. Asal, paham betul peta Surabaya. Ikuti perjalanan Surya menyusuri tempat-tempat makan di Surabaya spesialis buka fajar atau after midnite.
Rawon setan di Jl Embong Malang, sop kaki kambing Pak Kumis di Jl Kedungdoro, atau pecel Keputran (bekas gedung bioskop) adalah tempat-tempat makan yang telanjur diakrabi clubbers yang kelaparan usai berjingkrak di kafe. Tempat-tempat tersebut biasa dijujug begitu mereka meninggalkan kafe sekitar pukul 01.30 atau 02.00 WIB.
Ada pula yang buka 24 jam nonstop dan amat sohor di kalangan orang-orang malam sejak 20 tahun silam. Gubeng Pojok, depot di sudut antara Hotel Sahid dan Stasiun Gubeng ini menyediakan aneka menu tradisional seperti nasi goreng, soto, atau rawon.
Tetapi sebelum melangkahkan kaki memilih tempat makan, ada tips dari Amien Moedhakir, General Manager Colors Pub & Restaurant, layak disimak para dugemers. “Sebelum clubbing enaknya makan yang kering-kering atau goreng-gorengan. Tetapi after clubbing, karena habis minum minuman dingin yang pas mengimbanginya dengan makanan berkuah dan hangat,” pesannya.
Rawon setan mungkin bisa jadi pilihan. Meski mengklaim tidak buka cabang, gerai makan yang awalnya hanya di Jl Embong Malang itu kini bisa ditemui di Jl HR Muhamad, Jl Jemursari, dan di depan Andhika Plasa. Alternatif lain yang cukup menarik adalah sop buntut di Hotel Elmi. “Bubur ayamnya juga enak,” saran Amien Moedhakir.
Untuk makanan gorengan bisa meluncur ke Jl Kranggan. Di sini, ada dua lokasi tempat makan. Di sisi timur ada warung Pandin yang buka 24 jam menawarkan bandeng, gurami, dorang, mujaer, lele, bebek, ayam, atau burung dara.
Setiap jenis lauk ini diatur di nampan terpisah dalam kondisi separo matang. Begitu Anda menentukan pilihan, lauk langsung masuk penggorengan untuk dimatangkan. Harga makanan di Pandin relatif terjangkau. Paling mahal ikan dorang dipatok Rp 20.000 per ekor, burung dara Rp 15.000 per ekor. Ikan gurame harganya Rp 15.000 – Rp 17.000 per ekor, mujair Rp 8.000 per ekor, ayam Rp 6.500 per potong, dan lele Rp 6.000 per ekor.
Putri Malam
Di sisi barat -berseberangan dengan deret tempat makan lontong balap yang buka siang hari- ada warung bebek goreng Bu Watik ‘Putri Malam’. Warung ini buka pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, menggelar enam meja dengan empat kursi di setiap mejanya. Anda bisa memilih lauk dari ayam, cumi-cumi, paru, rempelo, hingga tempe. Begitu dipilih, lauk langsung digoreng dalam wajan besar dengan minyak yang mengisi lebih separo penggorengan.
Jika tak suka digoreng kering, Anda bisa memesannya lauk digoreng sesuai keinginan sehingga tingkat kekenyalan daging bisa dinikmati sempurna. Atau sebaliknya, digoreng kering hingga kriuk di mulut. Harga makanan di warung Bu Watik berkisar Rp 7.000-Rp 8.000 per potong, kecuali cumi-cumi dipatok Rp 10.000 per porsi.
Warung Bu Watik ini akrab dilanggani para escort lady sejumlah tempat hiburan malam di kawasan tersebut. Jamak jika wajah-wajah cantik beragawi seksi berseliweran bak putri malam memenuhi ruang terbuka sembari menikmati menu racikan Bu Watik.
Aneka menu pemuas nafsu makan ini memang lebih banyak berada di pusat Kota Surabaya. Di Jl Kedungdoro misalnya, begitu mudah memilih warung sesuai selera yang buka mulai pukul 21.00 WIB hingga dini hari. Ada bubur ayam Pak Dudung yang cukup dikenal para dugemers lantaran harganya relatif cekak, Rp 6.000 per porsi.
Di kawasan utara, hanya ada beberapa pilihan seperti nasi cumi Pasar Atum seharga Rp 12.000 per porsi. Ada juga warung Pak Wi di Jl Kapasan. Rumah makan yang menyediakan sop, pecel, krengsengan, gulai sapi dengan harga rata-rata Rp 6.000 - Rp 8.000 per porsi ini baru buka pukul 03.00 WIB sampai menjelang matahari terbit.
Bergeser ke timur, di kawasan Pasar Pucang ada pecel Suzana. Kalau memesan nasi pecel hanya Rp 3.500 per porsi. Mau tambah lauk telur dadar atau rempelo-ati dengan harga Rp 1.500-2.000.
Bagi orang malam, kuliner fajar tak sekadar memuaskan rasa lapar. Biasanya kesempatan makan bersama relasi itu sekaligus sebagai ajang transaksi. “Saat clubbing, biasanya untuk melted (mencairkan suasana dan mengakrabkan diri dengan relasi), finishingnya kami lakukan usai clubbing dan makan,” papar Amien.
Tak heran jika kebersamaan saat makan ini bisa sampai berjam-jam lamanya. “Karena setelah makan di kaki lima, masih dilanjut di coffeshop dan biasanya di Hotel Elmi. Karena suasananya nyaman serta memiliki menu yang pas untuk disantap sampai pagi hari,” cetus Amien. (achmad pramudito)
Sumber: Surya, Minggu, 11 Januari 2009
Label: kuliner, nasi goreng, rawon
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda